Pelesir Pecinan Surabaya Edisi Suroboyan

Pelesir Pecinan Surabaya Edisi Suroboyan

Halo Temen-temen πŸ˜€ yuk kita jalan-jalan keliling Surabaya bersama komunitas Jejak Petjinan…!!!

Versi bahasa Suroboyoan bisa dibaca di sini: https://www.facebook.com/notes/jejak-petjinan/pelesir-pecinan-surabaya-edisi-suroboyoan/463344053684164

Nah kalo pas bulan Ramadhan gini, pelancongan ya sudah sepantasnya dicocok-cocokkan dengan tempat-tempat yang ada hubungannya dengan Islam,

Lho, lho, nanti dulu deh, memangnya lu pikir orang-orang sipit itu tidak ada yang muslim ya? Weleh-weleh ketinggalan berita deh kamyu. Lha situ belum pernah ke masjid Cheng Ho sih ya. Hah? Sapa pula si Cheng Ho itu? Hwadoh, kalo gitu lu pasti belum pernah mengunjungi kelenteng yang ada tradisi ritual sembahyang Jumat legi tiap bulan? E lho.. ada ya? kelenteng kok njawani gitu. ck..ck…ck…cck…

Nah makanya, sekarang lu bakal diajak mengenal sisa-sisa peninggalan Cheng Ho yang ada di Surabaya. Ooooo… ada ya? Lho, jangan salah, jejak-jejak Cheng Ho itu tersebar di seluruh Indonesia lho, gak cuma di Semarang aja.

Jadi, kalo lu-lu pade tertarik dan pengen tau lebih banyak tentang tetangganya pecinan dan gini-gitunya jejak Cheng Ho di kota Surabaya ini, yok rame-rame ikutan acara ‘Pelesir Pecinan Surabaya’. Ngumpulnya pelesir di jl Bibis no.3. Dari Bibis naik bemo ke Demak, abis gitu langsung menuju ke Ampel kemudian ngumpul di masjid Cheng Ho, makan malam bersama sebelum kembali ke Bibis atau bubar pulang sendiri-sendiri. Seru banget kan???

Masih mikir-mikir? Udah deh, daftar aja, yok rame-rame ikutan acara ‘Pelesir Pecinan Surabaya’. Jangan kuatir pelantjongan dipandu guide yang fasih banget lho…!!! Ayo cepet-cepet daftar rame-rame, jangan sampe ketinggalan ya…!!!

Pendaftaran bakal ditutup hari kamis 26 Juli 2012 malam. Kalau mo gabung, jangan lupa tulis biodata singkat dan nomer HP yang bisa dikontak, juga bisa kirim email atau pesan via Facebook. https://www.facebook.com/events/443848365646679/

 

Berikut info lengkapnya:

Waktu : Minggu, 29 Juli 2012

Jam : 13.30-19.00 wib (makan malam disediakan)

Lokasi : jalan Bibis* – Demak – Ampel – Gading – Bibis

Biaya : Rp 110.000,- (sudah termasuk tajjil, makan malam, air mineral, nametag, pin)

*Dapatkan harga khusus untuk anggota dengan menunjukkan 3 pin MPS yang berbeda atau nomer kartu anggota

 

Kontak : Maya (08123047311 atau jejakpetjinan@gmail.com)

 

13.30-14.00 Berkumpul di Bibis no 3

14.45-15.15 Kelenteng Sam Poo Sing Bio

15.30-16.30 Kawasan masjid Ampel

16.45-17.30 Masjid Cheng Ho

17.30-18.30 Bukapuasa & makan malam di kantin masjid Cheng Ho

19.00- kembali ke Bibis no 3

 

Kerpekan acara :

Pukul 13.30-14.00

Berkumpul di Bibis no 3

Pendaftaran ulang

Pembukaan, Sinopsis Perjalanan & Peraturan

Jual topi Jejak Petjinan dan buku-buku yang berkaitan dengan Cheng-Ho dan muslim Tionghoa.

 

Pukul 14.45 – 15.15

Kelenteng Sam Poo Sing Bio, jl. Demak

Peserta akan mendengar cerita mengenai kelenteng ini yang terkenal dengan nama Mbah Ratu dan melihat peninggalan Cheng Ho di sini.

 

Pukul 15.30 – 16.30

Kawasan masjid Ampel

Disini peserta diajak mendengar cerita bagaimana asal mula kawasan ini, dan cerita di balik masjid Ampel.

 

Pukul 16.45 – 17.30

Masjid Cheng Ho, jl. Gading

Peserta akan mendengar cerita mengenai sejarah masjid Cheng Ho.

 

Pukul 17.30 – 18.30

Kantin masjid Cheng Ho

Disini kita akan memberikan kesempatan kepada peserta yang berpuasa untuk berbuka puasa, sambil makan malam bersama.

 

Pukul 19.00

Pengumuman pemenang kuesioner dan acara berakhir.

 

Ketentuan dan Cara daftar:

1. Minta nomer pendaftaran dengan cara email jejakpetjinan@gmail.com atau sms/telp ke 08123047311

2. Setelah Anda dapat nomer urut, yang disertai dengan info no. rek, diminta untuk transfer sesuai dengan instruksi yang diterima. Misalnya dapat nomer urut 12, maka diminta untuk transfer sebesar 110.012. Ini supaya kami tahu peserta dengan nomer urut berapa yang sudah bayar.

3. Pendaftaran ditutup hari Kamis malam, tanggal 26 Juli 2012 tepat tengah malam, peserta yang sudah dapat nomer urut namun sampai penutupan belum transfer dianggap batal.

4. Uang pendaftaran yang sudah ditransfer tidak dapat dikembalikan, namun bisa digantikan orang lain.

5. Peserta acara ini tidak diasuransikan.

6. Peserta diwajibkan memakai pakaian yang tertutup dan sopan, (perempuan perlu membawa kain/syal untuk kerudung) untuk memudahkan proses masuk masjid dan makam.

Bagi perempuan yang sedang haid, tidak dianjurkan untuk ikut, karena tidak akan boleh masuk masjid.

 

*Pelesir Pecinan Surabaya adalah hasil adaptasi Melantjong Petjinan Soerabaya, sebuah wisata budaya yang memberikan gambaran umum tentang pecinan Surabaya, yang lebih ditujukan untuk pendatang dari luar kota Surabaya dan dapat dikemas sesuai permintaan dan kebutuhan wisatawan.

Dengan ikut berpartisipasi dalam Pelesir Pecinan Surabaya, berarti Anda telah mendukung usaha penggalangan dana Komunitas Jejak Petjinan dalam melestarikan dan mempublikasikan budaya Tionghoa di Indonesia, sebagai bagian dari bangsa Indonesia dengan menjunjung tinggi semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan semangat pluralisme.

Pengalaman Melantjong Petjinan Kanak-Kanak

Pengalaman Melantjong Petjinan Kanak-Kanak

Yuhuu Ericovamili !! πŸ˜€ kembali lagi dengan berbagi pengalaman saya dengan teman-teman komunitas Jejak Petjinan. Kali ini topik Melancong Pecinan dengan tema Melantjong Petjinan Kanak-Kanak dimana pesertanya adalah dominasi anak-anak kecil. Peserta kali ini mayoritas berasal dari YCCLC (Yong Cun Chinesse Cultural Language Center) yang berada di Araya Surabaya. Bertepatan dengan hari Kamis 7 Juli 2011 saya bertugas untuk menjadi dokumentasi dari acara kali ini berangkat langsung menemani perjalan dari Araya tempat YCCLC Surabaya.

Rute Pelantjongan kali ini menuju :

  1. Klenteng Hong Tiek Hien, yang berada di Jl. Dukuh Surabaya (dekat Kya-Kya Kembang Jepun).

     

    Pada klenteng ini merupakan satu-satunya klenteng yang budaya memainkan wayang Potehi masih ada. Apaan sih wayang potehi itu? Yuk saya berbagi cerita tentang potehi ini πŸ™‚

    Potehi berasal dari kata Pou (kain), Te (Kantong), dan Hi (wayang). Jadi Wayang Potehi adalah wayang yang terbuat dari boneka kain. Sang dalang akan memasukan tangan mereka ke dalam kain tersebut dan memainkannya layaknya wayang jenis lain. Kesenian ini sudah berumur sekitar 3000-an tahun dan berasal dari China.

     

     

    Pihak klenteng menyambut baik sekali dengan acara edukasi bermain dan belajar akan sejarah wayang potehi, anak-anak bermain dan membuat wayang potehi dari bahan-bahan yang sudah disiapkan oleh rekan-rekan Jejak Petjinan. Membuat Lu Ya (Macan) boneka, dimana anak-anak membuat mata dan menghias badan macan dengan spidol, wooww semua anak-anak memainkan boneka yang dikreasikan dan mendapatkan doorprize untuk kreasi wayang potehi yang dibuat yippiii πŸ˜€

     

     

    Meburut dalang yang memainkan saya bertanya pada dalang kenapa kok wayang dibiarkan tidak di cuci dan kotor? Menurut dalang yang memainkan, wayang potehi tidak boleh dicuci entahlah mengapa sudah tradisi dari jaman dahulu kala untuk tidak dicuci.

     

     

    Klenteng Hong Tiek Hien ini termasuk klenteng yag sudah berdiri lama dan sudah berbaur dengan warga. Warga sekitar juga turut membantu jika ada kegiatan-kegiatan yang diadakan di klenteng ini. Klenteng ini dipisahkan oleh gang sehingga ada sisi kiri dan kanan dari klenteng, pertengahan sisi ini menghubungkan jalan raya Dukuh dengan gang warga Dukuh. Inilah kulturalisasi budaya Tionghoa dengan rakyat Indonesia berjalan dengan baik. Semoga di tempat lain juga toleransi beragama berjalan dengan baik di tempat lain juga πŸ™‚

     

     

  2. Pabrik Mie & Misua Marga Mulia, yang berada di Jl. Pesapen Kali 23 Surabaya (dekat Jl. Rajawali dan Jembatan Merah).

    Perjalanan berlanjut ke pabrik mi dan misua, Disini saya dan teman-teman Jejak Petjinan dan rombongan anak-anak bermain dan belajar ke pabrik Misua. Misua bentuknya seperti Mi namun lebih tipis. Misua adalah sejenis mie tipis yang terbuat dari Tepung sagu (Terigu). Asalnya dari Fujian, China. Misua lebih lembut dan lebih mudah dicerna, berbeda dengan Mihun/Bihun yang terbuat dari tepung beras, dan Soun/Su Un yang terbuat dari tepung sagu (biasa dipakai untuk sajian bakso). Dalam budaya Tionghoa, misua melambangkan umur panjang, makanan tradisional yang disajikan sewaktu ulang tahun dan sering dimasak pada perayaan-perayaan tertentu.

    Di Pabrik Misua Marga Mulya kami disambut baik oleh Pak Subianto pemilik dari Pabrik ini, keluarga yang ramah dan kami pun senang disambut dengan baik disini πŸ™‚ Anak-anak dapat belajar proses bagaiman mi dan misua dibuat. Dari pengolahan pertama hingga penjemuraan mi dan packing yang sudah biasa dilihat di supermarket. Kebetulan anak dari Pak Subianto ini lagi ulang tahun, tambah seru lagi dengan nyanyi ulang tahun bersama dan pemberian kado dari rekan-rekan Jejak Petjinan pada Amei.

    Setelah pembelajaran mengenai cara pembuatan misua dan mi berakhir dilanjutkan dengan makan siang mi dan misua bersama untuk menikmati sajian hidangan lezat yang dibuat oleh Istri Pak Subianto. Yahuuddd berbagai macam kreasi misua diciptakan (secara pribadi saya lebih suka misua daripada mi :p) adalagi misua kering yang dicampur dengan bumbu BBQ sehingga anak-anak senang, rasa sensasi waktu makan seperti makan krupuk / snack menjadi rebutan anak-anak πŸ˜€

Okai sampai sekian berbagi pengalaman saya dengan rekan-rekana Jejak Petjinan dalam acara Melantjong Petjinan Kanak-Kanan bersama YCCLC. Nantikan pengalaman selanjutnya. Ow iya tanggal 23-24 Juli 2011 ini kami dari Jejak Petjinan mengadakan Melantjong Petjinan Madura, untuk pendaftaran dan detil acara bisa ke facebook Jejak Petjinan atau bisa kontak saya melalui email eric.tranggono@ericova.com nanti akan saya teruskan ke bagian pendaftaran untuk menindaklanjuti acara ini. Salam tur wisata πŸ˜€