Melantjong Petjinan Soerabaia Episode 3 – Krematorium Eka Praya

Melantjong Petjinan Soerabaia Episode 3 – Krematorium Eka Praya

Okay berlanjut postingan saya sebelumnya kali ini perjalanan dilanjutkan ke Krematorium Eka Praya yang terletak di jalan kembang kuning Surabaya. Kembang kuning di tempat ini juga krematorium (kremasi jenazah) juga tempat persemayaman terakhir (kuburan). Kantor eka praya berada di kembang jepun dan juga berada di kembang kuning. Menurut salah seorang petugas yaitu Pak Surawi berusia 44 tahun yang memandu romobongan kami di Eka Praya ini, mengurus kremasi sendiri lebih ribet karena membutuhkan waktu untuk mengurus surat-surat seperti LJKK (surat kematian), dokter, pemerintah daerah. Bagi pihak Eka Praya, surat-surat itu penting bahkan KTP serta KSK pun harus persis sama dengan yang meninggal. Jadi untuk lebih mudahnya lebih baik urus skalian dengan pihak toko peti mati, tidak perlu susah-susah mengurus dan tinggal memastikan jam dan tanggal kremasi.

Secara umum kremasi di Eka Praya tidak membatasi agama apapun. Pada prosesi kremasi, jika pihak keluarga yang meninggal telah siap dapat menekan tombol memulai prosesi pembakaran jenazah. Untuk pembakaran, peti mati tidak boleh lebih dari 10cm tebalnya. Pada saat pembakaran yang tersisa dari hasil pembakaran/kremasi adalah tulang, karena tulang tidak hancur oleh pembakaran, sehingga tulang ini ajab di giling kembali dengan penggilingan untuk di lembutkan menjadi abu.

Eka Praya dibangun di akhir tahun 1958 dan mulai beroperasi di tahun 1959. Untuk sekali prosesi pembakaran membutuhkan 150 liter solar sebagai bahan bakar kremasi. Ketentuan jumlah liter ini bergantung pada postur tubuh jenazah.